TUGAS
ILMU BUDAYA DASAR
DI
SUSUN OLEH
M.ADAM.F.H
53417406
1IA14
- MANUSIA DAN PANDANGAN HIDUP
A. Pengertian Pandangan Hidup
Pandangan
hidup itu bukanlah timbul seketika atau dalam waktu yang singkat saja,
melainkan melalui proses waktu yang lama dan terus menerus, sehingga hasil
emikiran itu dapat diuji kenyataannya. Hasil pemikiran itu dapat diterima oleh
akal, sehingga diakui kebenarannya. Atas dasar ini manusia menerima hasil
pemikiran itu sebagai pegangan, pedoman, arahan, atau petunjuk yang disebut
pandangan hidup.
Pandangan
hisup dapat diklasifikasikan berdasarkan asalnya yaitu terdiri dari 3 macam :
·
Pandangan hidup yang
berasal dari agama yaitu pandangan hidup yang mutlak kebenarannya
·
Pandangan hidup yang
berupa ideology yang disesuaikan dengan kebudayaan dan norma yang terdapat pada
negara tersebut
·
Pandangan hidup hasil
renungan yaitu pandangan hidup yang relatif kebenarannya
B. Cita-cita
Cita-cita
merupakan pandangan masa depan,merupakan pandangan hisup yang akan dating. Pada
umumnya cita-cita merupakan semacam garis linier yang makin lama makin tinggi,
dengan perkataan lain: cita-cita merupakan keinginan, harapan, dan tujuan
manusia yang makin tinggi tingkatannya.
C. Kebajikan
Kebajikan
atau kebaikan atau perbuatan yang mendatangkan kebaikan pada hakekatnya sama
dengan perbuatan moral, perbuatan yang sesuai dengan norma-norma agama dan
etika. Manusia berbuat baik, karena menurut kodratnya manusia itu baik, makhluk
bermoral. Atas dorongan suara hatinya manusia cenderung berbuat baik.
D. Usaha/Perjuangan
Usaha/perjuangan
adalah kerja keras untuk mewujudkan cita-cita. Setiap manusia harus kerja keras
untuk kelanjutan hidupnya. Sebagian hidup manusia adalah usaha/perjuangan.
Perjuangan untuk hidup, dan ini sudah kodrat manusia. Tanpa usaha/perjuangan,
manusia tidak dapat hidup sempurna. Apabila manusia bercita-cita menjadi kaya,
ia harus kerja keras. Apabila seseorang bercita-cita menjadi ilmuwan, ia harus
rajin belajar dan tekun serta memenuhi semua ketentuan akademik.
Kerja
keras pada dasarnya menghargai dan meningkatkan harkat dan martabat manusia.
Sebaliknya pemalas membuat menusia itu miskin, melarat, dan berarti menjatuhkan
harkat dan martabatnya sendiri. Karena itu tidak boleh bermalas-malasan,
bersantai-santai dalam hidup ini. Santai dan istirahat ada waktunya dan manusia
mengatur waktunya itu.
E. Keyakinan/Kepercayaan
Keyakinan/kepercayaan
yang menjadi dasar pandangan hidup berasal dari akal atau kekuasaan Tuhan.
Menurut Prof. Dr. Harun Nasution, ada tiga aliran filsafat, yaitu:
·
Aliran naturalism
·
Aliran intelektualisme
·
Aliran gabungan
F. Langkah-langkah Berpandangan Hidup yang Baik
Manusia
pasti mempunyai pandangan hidup walau bagaimanpun bentuknya. Bagaimana kita
memperlakukan pandangan hisup itu tergantung pada orang yang bersangkutan. Ada
yang memperlakukan pandangan hisup itu sebagai sarana mencapai tujuan da nada
pula yang memperlakukan sebagai penimbul kesejahteraan, ketentraman, dan
sebagainya.
Akan
tetapi yang terpenting, kita seharusnya mempunyai langkah-langkah berpandangan
hidup ini. Karena hanya dengan mempunyai langkah-langkah itulah kita dapat
memperlakukan pandangan hidup sebagai sarana mencapai tujuan dan cita-cita
dengan baik. Adapun langkah-langkah itu sebagai berikut :
·
Mengenal
·
Mengerti
·
Menghayati
·
Meyakini
·
Mengabdi
·
Mengamankan
Contoh Manusia dan Pandangan Hidup
Pandangan
hidup seseorang itu mempengaruhi pola pikir, pola tingkah laku, prinsip hidup,
keyakinan, tujuan hidup, dll. intinya, pandangan hidup itu membentuk seseorang
luar dalam.
Pandangan
Hidup merupakan suatu dasar atau landasan untuk membimbing kehidupan jasmani
dan rohani. Pandangan hidup ini sangat bermanfaat bagi kehidupan individu,
masyarakat, atau negara. Semua perbuatan, tingkah laku dan aturan serta
undang-undang harus merupakan pancaran dari pandangan hidup yang telah
dirumuskan.
Pandangan
hidup tidak sama dengan cita-cita. Sekalipun demikian, pandangan hiup erat
sekali kaitannya dengan cita-cita. Pandangan hidup merupakan bagian dari hidup
manusia yang dapat mencerminkan cita-cita atau aspirasi seseorang dan
sekelompok orang atau masyarakat.
Pandangan
hidup diklasifikasikan berdasarkan asalnya yang terdiri dari 3 macam:
1. Pandangan hidup yang berasal dari agama,yaitu
pandangan hidup yang mutlak kebenarannya.
2. Pandangan hidup yang berupa Ideologi,yang
disesuaikan dengan kebudayaan dan norma yang terdapat pada negara tersebut.
3. Pandangan hidup hasil renungan,yaitu pandangan
hidup yang relatif kebenarannya.
Pandangan
hidup mempunyai 4 unsur-unsur,yaitu:
1. Cita-cita apa yang diinginkan yang mungkin
dapat dicapai dengan usaha atau perjuangan.
2. Kebajikan segala hal yang baik yang membuat
manusia makmur,bahagia,damai dan tentram.
3. Usaha atau perjuangan adalah kerja yang
dilandasi keyakinan.
4. Keyakinan atau kepercayaan,merupakan hal
terpenting dalam hidup manusia.
Manusia
memiliki kebutuhan jasmani, diperoleh dengan mencukupi kebutuhan hidup yang
bersifat kebendaan, sedangkan kebutuhan rohaninya dicukupi dengan hal-hal yang
sifatnya rohani, khususnya keagamaan. Ada yang dalam pandangan hidupnya hanya
ingin memuaskan kehidupan duniawi sehingga ia memuaskan diri pada semua
kenikmatan jasmaninya. Ada pula yang pandangan hidupnya justru sebaliknya.
Agama Islam mengajarkan manusia tidak hanya mengejar kebutuhan yang bersifat
duniawi saja, tetapi juga bersifat ukhrowi. Semakin tinggi kesadaran kehidupan
beragama semakin yakinlah mereka bahwa semua manusia akhirnya akan mati. Dunia
yang serba gemerlap akan ditinggalkan dan akan hidup di dalam akhirat yang
abadi.
Bagi
orang atheis dengan pandangan matrealistis, mereka tidak percaya akan adanya
Tuhan. Mati bagi mereka bukan karena rohnya kembali kepada Tuhan, tetapi karena
jantungnya berhentu berdenyut. Sebaliknya, bagi yang percaya pada Tuhan,
meyakini bahwa seseorang yang meniggal akan kembali kepada asalnya, yaitu
Tuhan. Dengan pengetahuan dan pengertian agama tentang kehidupan abadi setelah
orang meninggal, manusia menjalankan ibadahnya. Ia menjalnakan perintah Tuhan
melalui agama, dan menjauhi larangan-Nya. Manusia menjalankan hal itu karena
sadar sebagai makhluk kecil yang tidak akan berdaya terhadap kekuasaan Tuhan.
Kehidupan dunia yang sifatnya sementara dikalahkan demi kehidupan abadi di
akhirat karena tahu bagaiman beratnya siksaan di neraka dan bagimana bahagianya
di surga. Kebaikan di surga yang abadi inilah yang merupakan harapan terakhir
manusia.
Langkah-Langkah
Berpandangan Hidup Yang Baik yaitu:
1. Mengenal,merupakan suatu kodrat bagi manusia
dan tahap pertama dari setiap individu.
2. Mengerti,mengerti disini dimaksudkan pada
mengerti tentang pandangan hidup.
3. Menghayati,menghayati nilai-nilai yang
terkandung dalam pandangan hidup yaitu dengan memperluas dan memperdalam
pengetahuan mengenai pandangan hidup.
4. Meyakini,merupakan suatu hal yang cenderung
memperoleh suatu kepastian sehingga dapat mencapai tujuan hidupnya.
5. Mengabdi,merupakan suatu hal yang terpenting
dalam menghayati dan sesuatu yang telah dibenarkan dan diterima baik oleh
dirinya sendiri lebih dari orang lain.
6. Mengamankan,merupakan langkah terberat dan
benar-benar membutuhkan iman yang teguh dan kebenaran dalam menanggulangi
segala demi tegaknya pandangan hidup.
- MANUSIA DAN TANGGUNG JAWAB
A. Pengertian Tanggung Jawab
Tanggung
jawab menurut kamus umum Bahasa Indonesia adalah keadaan wajib menanggung
segala sesuatunya. Sehingga bertanggung jawab menurut kamus umum Bahasa
Indonesia adalah berkewajiban meanggung, memikul jawab, menanggung segala
sesuatunya, atau memberikan jawab dan menanggung akibatnya. Tanggung jawab
adalah kesadaran manusia akan tingkah laku atau perbuatannya yang disengaja
maupun yang tidak disengaja. Tanggung jawab juga berarti berbuat sebagai
perwujudan kesadaran akan kewajibannya.
Tanggung
jawab itu bersifat kodrati, artinya sudah menjaadi bagian kehidupan manusia,
bahwa setiap manusia pasti dibebani dengan tanggung jawab. Aapabila ia tidak
mau bertanggung jawab, maka ada pihak lain yang memaksakan tanggung jawab itu.
Tanggung jawab merupakan ciri manusia beradab (berbudaya). Manusia merasa
bertanggung jawab karena ia menyadari akibat baik atau buruk perbuatannya itu,
dan menyadari pula bahwa pihak lain memerlukan pengabdian atau pengorbanannya
B. Macam-macam Tanggung Jawab
1. Tanggung jawab terhadap diri sendiri
Tanggung
jawab terhadap diri sendiri menuntut kesadaran setiap orang untuk memenuhi
kewajibannya sendiri dalam mengembangkan kepribadian sebagai manusia pribadi.
Dengan demikian bisa memecahkan masalah-masalah kemanusiaan mengenai dirinya
sendiri. Menurut sifat dasarnya, manusia adalah makhluk bermoral, tetapi
manusia juga seorang pribadi, karena itu manusia mempunyai pendapat sendiri,
perasaan sendiri, dan angan-angan sendiri.
2.
Tanggung jawab terhadap keluarga
Keluarga
merupakan masyarakat kecil. Tiap anggota keluarga wajib bertanggung jawab
kepada keluarganya. Tanggung jawab ini tidak hanya menyangkut nama baik
keluarga, tetapi tanggung jawab juga merupakan kesejahteraan, keselamatan,
pendidikan, dan kehidupan.
3.
Tanggung jawab terhadap masyarakat
Pada
hakekatnya, manusia tidak dapat hidup tanpa bantuan manusia lain, sesuai dengan
kedudukannya sebagai makhluk sosial. Karena membutuhkan manusia lain, maka ia
harus berkomunikasi dengan manusia lain tersebut. Sehingga dengan demikian,
manusia di sini merupakan anggota masyarakat yang tentunya mempunyai tanggung
jawab, agar dapat melangsungkan hidupnya di dalam masyarakat tersebut.
4.
Tanggung jawab terhadap Bangsa / Negara
Setiap
manusia merupakan warga negara, oleh karena itu dalam berpikir, berbuat, bertindak,
bertingkah laku manusia terikat oleh norma-norma atau ukuran-ukuran yang dibuat
oleh negara. Manusia tidak dapat berbuat semaunya sendiri. Bila perbuatan
manusia itu salah, maka ia harus bertanggung jawab kepada negara.
5.
Tanggung jawab terhadap Tuhan
Penciptaan
manusia dilandasi oleh sebuah tujuan luhur. Maka, tentu saja keberadaannya
disertai dengan berbagai tanggung jawab. Konsekuensi kepasrahan manusia kepada
Allah Swt, dibuktikan dengan menerima seluruh tanggung jawab (akuntabilitas)
yang datang dari-Nya serta melangkah sesuai dengan aturan-Nya. Berbagai
tanggung jawab ini, membentuk suatu relasi tanggung jawab yang terjadi antara
Tuhan, manusia dan alam. Hal tersebut meliputi antara lain: tanggung jawab
manusia terhadap Tuhan, tanggung jawab manusia terhadap sesama, tanggung jawab
manusia terhadap alam semesta serta tanggung jawab manusia ter hadap dirinya
sendiri. Tanggung jawab manusia terhadap Tuhan meliputi dua aspek pokok.
Pertama, mengenal Tuhan. Kedua, menyembah dan beribadah kepada-Nya.
C. Pengabdian dan Pengorbanan
a.
Pengabdian
Pengabdian
adalah perbuatan baik yang berupa pikiran, pendapat ataupun tanaga sebagai
perwujudan kesetiaan, cinta, kasih saying, hormat, atau satu ikatan dan semua
itu dilakukan dengan ikhlas. Pengabdian itu pada hakekatnya adalah rasa
tanggung jawab. Apabila orang bekerja keras sehari penuh untuk mencukupi
kebutuhan, hal itu berarti mengabdi kepada keluarga. Lain halnya jika kita
membantu teman dalam kesulitan, mungkin sampai berhari-hari itu bukan pengabdian,
tetpi hanya bantuan saja.
b.
Pengorbanan
Pengorbanan
berasal dari kata korban atau kurban yang berarti persembahan, sehingga
pengorbanan berarti pemberian untuk menyatakan kebaktian. Dengan demikian
pengorbanan yang bersifat kebaktian itu mengandung unsur keikhlasan yang tidak
mengandung pamrih. Suatu pemberian yang didasarkan atas kesadaran moral yang
tulus dan ikhlas semata-mata.
Perbedaan
antara pengertian pengabdian dan pengorbanan tidak begitu jelas. Karena adanya
pengabdian tentu ada pengorbanan. Antara sesama kawan, sulit dikatakan
pengabdian, karena kata pengabdian mengandung arti lebih rendah tingkatannya.
Tetapi untuk kata pengorbanan dapat juga diterapkan kepada sesame teman.
Pengorbanan
merupakan akibat dari pengabdian. Pengorbanan dapat berupa harta benda,
pikiran, perasaan, bahkan dapat juga berupa jiwanya. Pengorbanan diserahkan
secara ikhlas tanpa pamrih, tanpa ada perjanjian, tanpa ada transaksi, kapan
saja diperlukan.
Pengabdian
lebih banyak menunjuk kepada perbuatan sedangkan, pengorbanan lebih banyak
menunjuk kepada pemberian sesuatu misalnya berupa pikiran, tenaga, biaya,
waktu. Dalam pengabdian selalu dituntut pengorbanan, tetapi pengorbanan belum
tentu menuntut pengabdian.
Contoh artikelnya :
Hubungan Manusia dengan Tanggung Jawab serta Pengabdian
·
Definisi tanggung
jawab
tang.gung ja.wab :
(1) keadaan wajib menanggung segala sesuatunya (kalau terjadi apa-apa boleh
dituntut, dipersalahkan, diperkarakan, dsb): pemogokan itu menjadi — pemimpin
serikat buruh; (2) Huk fungsi menerima pembebanan, sbg akibat sikap pihak
sendiri atau pihak lain
·
definisi pengabdian
peng.ab.di.an :proses,
cara, perbuatan mengabdi atau mengabdikan: ia memperlihatkan ~ nya kpd tanah
air dan agamanya
·
Tanggung Jawab,
Pengabdian dan Pengorbanan Manusia
Manusia
dilahirkan mempunyai segalanya, seperti pikiran dan nafsu. Manusia dapat
melakukan apa saja di dunia ini, dengan mengambil suatu keputusan yang
menurutnya benar, tetapi dibalik semua itu pasti ada dampak baik dan buruknya
oleh karena itu dibutuhkannya sifat bertanggung jawab pada manusia. Tanggung
jawab adalah sebuah bentuk bukti dimana kita sebagai individu bertanggung jawab
atas segala tindakan dan keputusan yang kita lakukan, baik dan buruk harus kita
pertanggung jawabkan.
Jenis
Tanggung Jawab :
·
Tanggung Jawab
Terhadap Diri Sendiri
Contoh
: seorang pelajar yang menyadari bahwa bsok aka nada ujian tetapi tidak mau
belajar dan disaat ulangan berlangsung dia tidak dapat mengerjakan soal karena
dia tidak belajar.
·
Tanggung Jawab
Terhadap Keluarga
Contoh
: ayah bertanggung jawab terhadap istri dan anak-anaknya dalam mencukupi
kebutuhannya baik kebutuhan primer maupun kebutuhan sekunder dengan cara
bekerja keras untuk keluarga.
·
Tanggung Jawab
Terhadap Masyarakat.
Contoh
: saya adalah seorang ketua kelas, saya bertanggung jawab atas kelas yang saya
pimpin jika tidak ada dosen maka saya akan menanyakan apakana da tugas atau
tidak, jika teman saya membolos atau pun tidak masuk saya harus melaporkannya
terhadap dosen.
·
Tanggung Jawab
Terhadap Bangsa/Negeri
Contoh
: Seseorang aparatur negara rela mengorbankan jiwa dan raga nya terhadap bangsa
nya karena merupakan tanggung jawabnya terhadap negara/bangsa.
·
Tanggung Jawab
Terhadap Tuhan
Contoh
: setiap manusia wajib melaksanakan kewajiban nya mejalankan agama yang
dipercayai nya, karena itu merupakan tanggung jawab dirinya terhadap Tuhan.
Sumber :
Seri
Diktat Kuliah MKDU: Ilmu Budaya Dasar karya Widyo Nugroho dan Achmad Muchji,
Universitas Gunadarma
- MANUSIA DAN KEGELISAHAN
A. Pengertian Kegelisahan
Kegelisahan berasal dari kata “gelisah”.
Gelisah artinya rasa yang tidak tentram di hati atau merasa selalu khawatir,
tidak dapat tenang (tidurnya), tidak sabar lagi (menanti), cemas dan
sebagainya. Kegelisahan menggambarkan seseorang tidak tentram hati maupun
perbuatannya, artinya merasa gelisah, khawatir, cemas atau takut dan jijik.
Rasa gelisah ini sesuai dengan suatu pendapat yang menyatakan bahwa manusia
yang gelisah itu dihantui rasa khawatir atau takut. Manusia
suatu saat dalam hidupnya akan mengalami kegelisahan. Kegelisahan yang cukup
lama akan menghilangkan kemampuan untuk merasa bahagia.
Manusia selama ini seringkali tenggelam dalam
kegelisahan. Berbagai penyebab kegelisahan telah menyita waktu dan perhatian
manusia, dan sayangnya banyak yang tidak menyadari betapa mengganggunya
kegelisahan itu. Kegelisahan yang timbul dalam diri kita sebenarnya dibuat oleh
kita sendiri, kita ciptakan mereka di dalam pikiran kita melalui ketidakmampuan
ataupun kegagalan untuk mengerti bahaya perasaan keakuan dan melalui khayalan
yang melambung serta kesalahan dalam menilai setiap kejadian atau benda. Hanya
jika kita dapat melihat suatu kejadian atau benda dengan apa adanya, bahwa
tidak ada sesuatu apa pun yang kekal di dunia ini dan bahwa keakuan kita
sendiri merupakan khayalan liar yang membawa kekacauan dalam pikiran yang tidak
terlatih. Kegelisahan adalah suatu rasa tidak tenteram, tidak tenang, tidak
sabar, rasa khawatir/cemas pada manusia. Kegelisahan merupakan gejala universal
yang ada pada manusia manapun. Namun kegelisahan hanya dapat diketahui dari
gejala tingakah laku atau gerak – gerik seseorang dalam situasi tertentu. Jadi,
kegelisahan merupakan sesuatu yang unik sebagai manifestasi dari perasaan tidak
tenteram, khawatir, ataupun cemas.
Kegelisahan hanya dapat diketahui dari gejala
tingkahlaku atau gerak gerik seseorang dalam situasi tertentu. Gejala gerak
gerik atau tingkah laku itu umumnya lain dari biasanya, misalnya berjalan
mondar-mandir dalam ruang tertentu sambil menundukkan kepala, duduk merenung
sambil memegang kepala, duduk dengan wajah murung,malas bicara, dan lain-lain.kegelisahan
juga merupakan ekspresi dari kecemasan. Masalah kecemasan atau kagalisahan
berkaitan juga dengan masalah frustasi, yang secara definisi dapat disebutkan,
bahwa seseorang mengalami frustasi karena apa yang diinginkan tidak tercapai.
Hal ini terjadi karena adanya keterbatasan
manusia untuk dapat mengetahui hal-hal yang akan datang atau yang belum
terjadi. Hal ini terjadi misalnya karena adanya suatu harapan, atau adanya
ancaman. Manusia gelisah karena takut terhadap dosa-dosa dan pelanggaran (yang
telah dilakukan), takut terhadap hasil kerja (tidak memenuhi kepuasan
spiritual), takut akan kehilangan milik (harta dan jabatan), atau takut
menghadapi keadaan masa depan (yang tidak disukai). Sedangkan sumber
kegelisahan berasal dari dalam diri manusia (internal) misalnya rasa lapar,
haus, rasa sepi, dan dari luar diri manusia (eksternal) misalnya kegelisahan
karena diancam seseorang.
Penyebab lain kegelisahan karena adanya
kemampuan seseorang untuk membaca dunia dan mengetahui misteri hidup. Kehidupan
ini yang menyebabkan mereka menjadi gelisah. Mereka sendiri sering tidak tahu
mengapa mereka gelisah, mereka hidupnya kosong dan tidak mempunyai arti. Orang
yang tidak mempunyai dasar dalam menjalankan tugas (hidup), sering ditimpa
kegelisahan. Kegelisahan yang demikian sifatnya abstrak sehingga disebut
kegelisahan murni, yaitu kegelisahan murni tanpa mengetahui apa penyebabnya.
Bentuk- bentuk kegelisahan manusia berupa keterasingan, kesepian,
ketidakpastian. Perasaan-perasaan semacam ini silih berganti dengan
kebahagiaan, kegembiraan dalam kehidupan manusia. Tentang perasaan
kegelisahan ini, Sigmund Freud membedakannya menjadi tiga macam, yaitu :
1.Kegelisahan Obyektif (Kenyataan)
Kegelisahan ini mirip dengan kegelisahan terapan dan kegelisahan
ini timbul akibat adanya pengaruh dari luar atau lingkungan sekitar.
Contoh : Tini seorang ibu muda, mempunyai anak berumur dua
tahun, Tina namanya. Tina tumbuh sehat, montok, lucu, lincah, dan sangat akrab
dengan ibunya. Hampir seluruh waktu Tini tercurahkan untuk Tina. Ia keluar
kerja demi Tina, anak yang baru seorang itu. Sekonyong-konyong Tina sakit ;
muntah-muntah disertai buang air. Tini bingung, anaknya segera dibawa kerumah
sakit. Kata dokter, Tina harus dirawat di rumah sakit dan tidak boleh
ditunggui. Tina menangis terus, tetapi ibunya harus meninggalkannya. Tini
gelisah, cemas, khawatir, memikirkan nasib anaknya. Pada contoh tersebut jelas
bagi kita, bahwa kegelisahan yang diderita oleh ibu Tini adalah karena adanya
bahaya dari luar yang mengancam anaknya.
2.Kegelisahan Neurotik (Saraf)
Kegelisahan ini berhubungan dengan sistem syaraf.
Syaraf-syaraf yang bekerja secara alami ketika tubuh merasa terancam
atau mengetahui akan ada suatu hal berbahaya yang akan terjadi. Tubuh tidak
diperintahkan untuk melakukannya. Singkatnya kegelisahan ini ditimbulkan oleh
suatu pengamatan tentang bahaya naluriah.
Contohnya: Kegelisahan para peserta Indonesia Mencari
Bakat ketika akan mengetahui siapa yang harus pulang pada malam mereka
tampil dan kegelisahan murid-murid sekolah ketika menunggu hasil ujian akhir.
3.Kegelisahan moral
Kegelisahan ini mucul dari dalam diri sendiri. Sebagian besar karena
rasa bersalah atau malu dalam ego yang ditimbulkan oleh suatu pengamatan bahaya
dari hati nurani. Hal ini timbul karena pada dasarnya setiap manusia mempunyai
hari nurani dan sadar atau tidak mereka tahu mana hal yang benar dan mana yang
salah. Walaupun mereka melakukan kejahatan, setiap orang pastilah tahu hal yang
dilakukannya itu adalah salah. Keadaan mungkin yang memaksa mereka
melakukannya. Jadi, mereka tetap mempunyai rasa bersalah dan mengalami
kegelisahan moral itu. Contohnya: Setelah terungkap permasalahan korupsi di
tubuh KPU, banyak pihak yang terkait merasa gelisah.
B. Faktor
Penyebab Kegelisahan
Bukan merupakan sebuah kepastian bahwa akar
penyebab kegelisahan selalu bermula dari faktor keluarga atau metode pendidikan
yang diterapkan oleh kedua orang tua. Bahkan, terkadang ia muncul dari diri
penderita sendiri dan itu merupakan faktor sangat dominan dan berpengaruh dalam
semua aspek keberadaan manusia sampai akhir hayatnya. Faktor
penyebab kegelisahan antara lain:
A.Dari Dalam
Faktor kegelisan dari dalam diri seseorang antara lain:
1.Cinta
Diri
Kecintaan seseorang terhadap dirinya merupakan hal yang wajar,
namun sebagian orang telah berlebihan dalam mempertahankan cinta tersebut,
sehingga terbebani dengan berbagai macam penderitaan dan rasa sakit. Dalam
pembahasan ini, yang dimaksud cinta diri adalah kecintaan melampaui batas,
perhatian berlebihan terhadap diri sendiri, dan sangat sensitif terhadap segala
hal yang berkaitan dengan itu, sehingga ia tidak mendapati musibah yang lebih
parah dari penyakit tersebut.
Ya perhatian yang berlebihan terhadap diri akan menyebabkan munculnya keinginan buruk dalam diri seseorang, seperti ingin meraih kecintaan dari semua manusia, mengharapkan kehadiran mereka dengan patuh dan mau melaksanakan perintahnya secara keseluruhan demi memperoleh kerelaannya.
Ya perhatian yang berlebihan terhadap diri akan menyebabkan munculnya keinginan buruk dalam diri seseorang, seperti ingin meraih kecintaan dari semua manusia, mengharapkan kehadiran mereka dengan patuh dan mau melaksanakan perintahnya secara keseluruhan demi memperoleh kerelaannya.
2.Lalai dalam Mengingat Allah
Dalam beberapa hadits dan riwayat Shahih disebutkan bahwa
was-was dalam keadaan tertentu akan muncul sebagai akibat kelalaian seseorang
dalam mengingat Allah, berpaling dari (mencari) hikmah-Nya, dan mengentengkan
perintah dan larangan-Nya. Terkadang was-was juga akan muncul dari setan yang
telah mengguncangkan jiwanya.
Ya, orang yang hatinya bersih dan yakin kepada Allah tidak akan terkena penyakit ini, kecuali bila menderita cacat atau penyakit tertentu. Dari sudut pandang agama, mengingat Allah ibarat benteng kuat dan baju besi yang melindungi manusia dari berbagai macam bahaya, seperti penyakit kejiwaan. Sebagaimana, kita juga dapat menjadikannya sebagai pijakan dalam proses pengobatannya. Beberapa riwayat menyebutkan bahwa was-was bisa muncul sebagai akibat perbuatan haram dan mungkar, sebaliknya mencari perlindungan Allah dapat mencegah seseorang dari dampak negatifnya.
Ya, orang yang hatinya bersih dan yakin kepada Allah tidak akan terkena penyakit ini, kecuali bila menderita cacat atau penyakit tertentu. Dari sudut pandang agama, mengingat Allah ibarat benteng kuat dan baju besi yang melindungi manusia dari berbagai macam bahaya, seperti penyakit kejiwaan. Sebagaimana, kita juga dapat menjadikannya sebagai pijakan dalam proses pengobatannya. Beberapa riwayat menyebutkan bahwa was-was bisa muncul sebagai akibat perbuatan haram dan mungkar, sebaliknya mencari perlindungan Allah dapat mencegah seseorang dari dampak negatifnya.
3.Gejolak Hati
Terkadang was-was muncul dalam keadaan tertentu lantaran kegalauan hati yang sangat keras akan hal-hal yang spele dan remeh. Ketika ia tidak mendapatkan sesuatu yang dapat menyibukkan dirinya, ia akan memikirkan problem dan khayalan sia-sia, sehingga sering kali hal itu menyeretnya kedalam kubangan was-was.
Karena itu, ketika seorang anak kecil megotori badannya, maka ia akan segera melawan guncangan jiwa lantaran takut akan hukuman ibunya dengan cara mencuci kotoran tersebut berulang kali. Dan, pengulangan itu memberikan kemungkinan bagi muncul dan tertanamnya pemikiran yang bersifat was-was tersebut. Sebagian orang berkeyakinan bahwa pemikiran yang disertai perasaan was-was sebenarnya merupakan sejenis kegelisahan yang timbul dari penyakit kejiwaan yang dapat disembuhkan dengan mudah.
Terkadang was-was muncul dalam keadaan tertentu lantaran kegalauan hati yang sangat keras akan hal-hal yang spele dan remeh. Ketika ia tidak mendapatkan sesuatu yang dapat menyibukkan dirinya, ia akan memikirkan problem dan khayalan sia-sia, sehingga sering kali hal itu menyeretnya kedalam kubangan was-was.
Karena itu, ketika seorang anak kecil megotori badannya, maka ia akan segera melawan guncangan jiwa lantaran takut akan hukuman ibunya dengan cara mencuci kotoran tersebut berulang kali. Dan, pengulangan itu memberikan kemungkinan bagi muncul dan tertanamnya pemikiran yang bersifat was-was tersebut. Sebagian orang berkeyakinan bahwa pemikiran yang disertai perasaan was-was sebenarnya merupakan sejenis kegelisahan yang timbul dari penyakit kejiwaan yang dapat disembuhkan dengan mudah.
4.Rasa Takut dan Malu
Mungkin, sifat malu merupakan salah satu diantara faktor
penyebab was-was, sebab seorang pemalu adalah orang yang takut berdiam diri dan
inilah yang mengharuskan kita membahas tentang sebab-sebabnya pada anak-anak.
Karena itu, mereka yang pada masa kecilnya telah mendapatkan pelecehan dan perlakuan keras, pada masa dewasanya tidak akan mampu menghadapi problem yang sangat besar dan menyelesaikannya secara benar. Ini menunjukkan bahwa seorang pemalu akan berusaha dengan berbagai macam cara untuk melaksanakan pekerjaan dengan sebaik-baiknya agar tidak menjadi bahan penilaian dan cemoohan orang lain. Inilah yang mendorongnya melakukan pekerjaan secara berulang agar dapat menyelesaikannya sebaik mungkin, yang pada akhirnya menjerumuskannya kedalam was-was.
Karena itu, mereka yang pada masa kecilnya telah mendapatkan pelecehan dan perlakuan keras, pada masa dewasanya tidak akan mampu menghadapi problem yang sangat besar dan menyelesaikannya secara benar. Ini menunjukkan bahwa seorang pemalu akan berusaha dengan berbagai macam cara untuk melaksanakan pekerjaan dengan sebaik-baiknya agar tidak menjadi bahan penilaian dan cemoohan orang lain. Inilah yang mendorongnya melakukan pekerjaan secara berulang agar dapat menyelesaikannya sebaik mungkin, yang pada akhirnya menjerumuskannya kedalam was-was.
5. Tidak Merasa Aman
Dalam keadaan tertentu, perasaan tidak aman merupakan faktor
penyebab terjadinya was-was. Dengan kata lain, sebagian orang akan menderita
was-was lantaran dirinya merasakan tidak adanya keamanan. Terkadang, perasaan
semacam ini merupakan akibat dari lemahnya kepribadian dan tidak adanya
kemampuan dalam mengendalikan diri.
Tidak diragukan lagi bahwa benturan kejiwaan yang datang secara tiba-tiba pada diri seseorang akan mendorong munculnya perasaan tidak aman dalam diri , yang kemudian akan menyebabkan tertimpa was-was. Sebagaimana, tekanan jiwa akan menghilangkan perasaan aman dalam pikiran seseorang. Ini juga merupakan penyebab lemahnya kepribadian dan menjadikannya sebagai sasaran empuk bagi penyakit was-was.
Tidak diragukan lagi bahwa benturan kejiwaan yang datang secara tiba-tiba pada diri seseorang akan mendorong munculnya perasaan tidak aman dalam diri , yang kemudian akan menyebabkan tertimpa was-was. Sebagaimana, tekanan jiwa akan menghilangkan perasaan aman dalam pikiran seseorang. Ini juga merupakan penyebab lemahnya kepribadian dan menjadikannya sebagai sasaran empuk bagi penyakit was-was.
6.Jiwa yang Lemah
Kelemahan jiwa dalam diri seseorang dapat mencapai suatu taraf
dimana ia sendiri kehilangan kekuatan untuk mengendalikannya, sehingga kita
mendapatinya dengan terpaksa menyerah dihadapan kejadian-kejadian yang
dialaminya. Ketika ia menampakkan keinginan agar seluruh pekerjaannya sebanding
dengan orang yang lebih utama darinya, maka perasaan ini akan berubah kedalam
bentuk perasaan lemah.
B.Kemasyarakatan
Terkadang, dalam beberapa keadaan, was-was
diakibatkan oleh faktor sosial dimana kita dapat melihat sebagian gejalanya
ketika seseorang melakukan suatu perbuatan yang sama dengan orang lain dan
selalu mengikutinya. Namun kasus ini berbeda dengan dimana anak-anak
mewarisinya dari ayah atau ibunya. Dengan kata lain, mengikuti perilaku orang
lain dan taklid terhadap kelakuan mereka yang salah serta berteman dengan
segala penderita penyakit tersebut akan menyebabkan terjadinya kontradiksi yang
dibencinya dan membantu proses transfer penyakit tersebut dari satu orang
kepada orang lain.
C. Cara
Mengatasi Kegelisahan
Cara yang digunakan dalam mengatasi kegelisahan:
· Dengan memerlukan sedikit pemikiran yaitu,
pertama kita menanyakan pada diri kita sendiri (instropeksi),akibat yang paling
buruk yang bagaimanakah yang akan kita tanggung atau yang akan terjadi,mengapa
hal itu terjadi,apa penyebabnya dan sebagainya.
· Kita bersedia menerima sesuatu yang terjadi
pada diri kita dengan rasa tabah dan senang hati niscaya kecemasan tersebut
akan sirna dari jiwa kita. Bersamaan berjalannya waktu kita dapat mencoba untuk
memperkecil dan mengurangi keburukan-keburukan akibat timbulnya kecemasan
tersebut dalam jiwa kita.
· Berdoa kepada Tuhan dengan sungguh-sungguh
sabar,tabah,senang dan ikhlas sehingga Ia mau mengabulkan permohonan kita dari
perasaan kecemasan ini,sebab Tuhan adalah yang paling Maha Pemurah,Maha
Pengampun,Maha Pengasih dan Maha Penyayang bagi umatnya yang mau berdoa dan
memohon kepadaNya
D. Bentuk-bentuk kegelisahan
Bentuk bentuk kegelisahan antara lain:
a) Keterasingan
Keterasingan berasal dari kata terasing, asal kata dari kata
dasar asing. Kata asing berarti sendiri, tidak dikenal orang, sehingga kata
terasing berarti tersisihkan dari pergaulan, terpisahkan dari yang lain,atau
terpencil. Jadi, keterasingan berarti hal-hal yang berkenaan dengan tersisihkan
dari pergaulan, terpisah dari yang lain atau terpencil. Apapun makna yang kita
lekatkan pada istilah keterasingan, yang jelas ia merupakan bagian dari hidup
manusia. Sebagai bagian dari hidup manusia, sebagaimana juga kegelisahan, maka
keterasingan pun memiliki sifat universal. Ini berarti bahwa keterasingan tidak
pernah mengenal perbedaan manusia. Sebentar ataukah lama setiap orang akan
pernah mengalami keterasingan ini, meskipun kadar atau penyebabnya
berbeda-beda.
Contoh : Murni gadis lincah, bebas, dan pandai bergaul.
Kawannya banyak dan hilir mudik bergantian datang dan mengajak pergi. Pada
suatu hari tersiar berita ia mendapat “kecelakaan”. Sejak itu ia tidak pernah
menampakkan diri dan tak ada kawan yang hilir mudik datang berkunjung dan
mengajak pergi. Ia menyembunyikan diri di kamar, malu keluar. Ia hidup dalam
keterasingan.
· Sebab – sebab keterasingan
Bila kita memperhatikan contoh Murni tidak mau bergaul lagi
dengan kawan-kawannya, hidup menyendiri, karena malu atas perbuatannya yang
melanggar moral. Jadi, sebab-sebab hidup terasing itu bersumber pada :
Ø Perbuatan yang tidak
dapat diterima oleh masyarakat, antara lain mencuri, bersikap angkuh atau
sombong.Sikap dan perbuatan seseorang tidaklah mesti sesuai dengan aspirasi
orang lain, lebih-lebih dalam masyarakat yang beragam seperti masyarakat kita
ini, bilamana ketidaksesuaian ini berkembang bisa diduga akan timbul jarak
antara orang satu dengan lainnya. Ketidaksesuaian ini bisa jadi timbul lantaran
seseorang menampakkan sikap dan perbuatan yang di mata orang lain negatif
seperti misalnya sombong, menganggap dirinya lebih tinggi, angkuh, kaku, pemarah,
dan semacamnya.Sikap yang sejenis dengan angkuh atau sombong ialah sikap kaku,
pemarah, dan suka berkelahi. Sikap seperti itu menjauhkan kawan dan mendekatkan
lawan. Orang segan berkawan dengan orang yang bersikap seperti itu, sebab takut
terjadi konflik batin atau konflik fisik.
Ø Sikap rendah diri.
Sikap rendah diri menurut Alex Gunur adalah sikap kurang baik.
Sikap ini menganggap atau merasa dirinya selalu atau tidak berharga, tidak atau
kurang laku, tidak atau kurang mampu di hadapan orang lain. Sikap ini disebut
juga sikap minder. Jadi, bukan orang lain yang menganggap dirinya rendah,
tetapi justru dirinya sendiri, tetapi juga tidak baik bagi masyarakat. Sikap
rendah diri disebabkan antara lain kemungkinan cacat fisik, status
sosial-ekonominya, rendah pendidikannya, dan karena kesalahan perbuatannya.
a.Keterasingan karena cacat fisik
Cacat fisik tidak perlu membuat hidup terasing karena itu adalah
kehendak Tuhan. Namun, seringkali manusia memiliki jalan pikiran yang berbeda.
Erasa malu anak atau cucunya cacat fisik, maka disingkirkannya anak tersebut
dari pergaulan ramai, hidup dalam keterasingan.
b.Keterasingan
karena sosial-ekonomi
Ekonomi kuat atau lemah adalah anugerah Tuhan. Orang tidak boleh
membanggakan kekayaan dan tidak boleh pula merasa rendah diri karena keadaan
ekonomi yang minim. Namun dalam kenyataan lain keadaannya, orang-orang yang
tergolong lemah ekonominya seringkali merasa rendah diri. Akibatnya orang-orang
kaya sering membanggakan kekayaannya, meskipun tanpa disengaja.
c.Keterasingan
karena rendah pendidikan
Banyak juga orang yang merasa rendah diri karena rendah
pendidikannya dan tidak dapat mengikuti jalan pikiran orang yang berpendidikan
tinggi dan banyak pengalaman.Dalam pergaulan orang-orang yang berpendidikan
rendah dan kurang berpengalaman biasanya menyendiri, mengasingkan diri karena
merasa sulit menempatkan diri. Ingin bertanya takut salah,juga takut ditanya,
takut jawabannya tidak benar. Akibatnya ia menjauhkan diri dari pergaulan.Akan
tetapi, orang seperti itu masih lebih baik dari pada mereka yang berlagak
pintar dan akhirnya menjadi bahan tertawaan.Contoh :
Akil yang merasa berpendidikan rendah, tidak mau bercakap-cakap
dengan tamu dalam pertemuan itu. Apalagi tamu-tamu itu sebentar-sebentar
mempergunakan bahasa asing yang belum pernah didengarkannya. Ia merasa makin
takut meskipun pakiannya tidak kalah dengan mereka karena pendidikan dan
pengalamannya jauh lebih rendah dari mereka. Karena itu ia menghindarkan diri
dan menyendiri saja.
d.Keterasingan
karena perbuatannya
Orang terpaksa hidup dalam keterasingan karena merasa malu,
dunia rasanya sempit, bila melihat orang, mukanya ditutupi. Itu semua akibat
dari perbuatannya, yang tidak bisa diterima oleh masyarakat lingkungannya.
Banyak perbuatan yang tidak dapat diterima oleh masyarakat.Contoh :
Selama ini Tn. Adi terkenal sebagai orang terhormat. Semua
penduduk di wilayahnya mengenal siapa Tn. Adi, pegawai tinggi suatu instansi,
ramah, dan dermawan. Tiba-tiba tersiar berita di koran bahwa Tn. Adi tersangkut
korupsi milyaran. Dengan adanya berita itu, Tn. Adi tidak pernah keluar,
apalagi bergaul. Setiap ada undangan tidak pernah datang. Ia mengurung diri di
rumah, hidup dalam keterasingan.
Ø Takut kehilangan hak.
Contoh : Oyong mempunyai sifat pemarah, sebentar-bentar
menantang orang dan mengajaknya berkelahi. Ia menganggap lawannya pasti kalah.
Ia tak kenal istilah musyawarah, akibatnya semua teman-temannya perlahan-lahan
menjauhinya, sehingga ia terasing dari pergaulan. Jadi, bila kita
renungkan, orang hidup dalam keterasingan karena takut kehilangan haknya.
Seperti halnya Oyong yang merasa takut kehilangan hak nama baiknya. Ia merasa
lebih dari orang lain, sehingga bila ada orang yang melebihinya, ia segera
mengajaknya berkelahi.
Ø Kerinduan.
Kadang-kadang keterasingan disebabkan pula oleh rasa kerinduan
yang begitu hebat baik terhadap keluarga, teman, suasana,atau bahkan terhadap
suatu tempat. Adalah satu hal yang wajar apabila seseorang yang berada
jauh dari keluarga akan merasakan kerinduan yang begitu hebat terhadap
keluarganya. Dalam kondisi yang demikian ini tidak heran kalau kemudian yang
bersangkutan merasa terasing, kendatipun lingkungan sekitarnya mampu memenuhi
kebutuhannya.
· Usaha-usaha untuk mengatasi keterasingan
Keterasingan biasanya terjadi karena sikap sombong, angkuh,
pemarah, kaku, rendah diri, atau karena perbuatan yang melanggar norma hukum.
Untuk mengatasi keterasingan ini diperlukan kesadaran yang tinggi. Orang
bersikap demikian karena menganggap semua yang mereka lakukan adalah
benar. Lain halnya dengan orang yang rendah diri. Orang yang mempunyai
sifat ini biasanya sadar akan kekurangannya. Untuk meningkatkan harga diri, ia
harus banyak belajar dan bergaul. Pergaulan itu dilakukan sedikit demi sedikit
dan terus meningkat, sehingga akhirnya menjadi biasa.
b)Kesepian
Kesepian berasal dari kata sepi, artinya sunyi, lengang, tidak
ramai, tidak ada orang atau kendaraan, tidak banyak tamu, tidak banyak pembeli,
tak ada apa-apa, dan sebagainya. Kesepian adalah keadaan sepi atau hal
sepi. Contoh :
1. Setelah anaknya yang telah menikah itu
memiliki rumah sendiri, ibu Hadi merasa kesepian.
2. Setelah tembakan gencar itu berhenti,
jalan-jalan tampak sepi. Orang-orang takut keluar, bahkan suara deru mobil pun
tak kedengaran.
3. Karena pak Parman dan ibu Parman kurang
bergaul, ditambah keadaan hari itu hujan lebat, maka resepsi perkawinan anaknya
sepi, tamu kurang sekali.
Setiap orang pernah mengalami kesepian, karena kesepian
merupakan bagian hidup manusia. Lama atau sebentar perasaan kesepian ini
bergantung kepada mental orang dan kasus penyebabnya.
· Sebab-sebab terjadinya kesepian
Bermacam-macam penyebab terjadinya kesepian. Salah satunya
adalah frustasi. Orang yang frustasi tidak mau diganggu,ia lebih senang dalam
keadaan sepi, tidak suka bergaul, dan sebagainya. Ia lebih senang hidup
sendiri. Contoh :Pangeran Sidharta, putra raja Kapilawastu, meninggalkan
istana, tempat kemewahan, keramaian, dan keindahan. Karena frustasi menyaksikan
kontradiksi keadaan diluar istana yang penuh penderitaan, maka ia meninggalkan
istana dan pergi ke hutan ke tempat yang lebih sunyi untuk mencari hakikat
hidup.
Bila kita perhatikan sepintas lalu mungkin keterasingan dan
kesepian hampir serupa, tetapi sebenarnya tidak sama, walaupun keduanya ada
hubungannya. Perbedaan antara keduanya hanya terletak pada sebab
akibat. Kesepian merupakan akibat dari keterasingan dan keterasingan
sebagai akibat sombong, angkuh, kaku, keras kepala, sehingga dijauhi
kawan-kawan sepergaulan. Akibatnya, orang yang dijauhi itu hidup terasing,
terpencil dari keramaian hidup sehingga mereka merasa kesepian.
c)Ketidakpastian
Ketidakpastian berasal dari kata tidak pasti artinya tidak
menentu (pikirannya) atau mendua, atau apa yang dipikirkan tidak searah dan
kemana tujuannya tidak jelas. Itu semua akibat pikirannya yang tidak dapat
konsentrasi. Ketidakkonsentrasian itu disebabkan oleh berbagai sebab,
yang paling utama adalah kekacauan pikiran. Ketidakpastian atau ketidaktentuan
adalah bagian hidup manusia. Setiap orang hidup pasti pernah mengalaminya.
Bahkan anak kecil sekalipun pernah mengalaminya, misalnya, ketika anak kecil
ditinggalkan ibunya, ia menangis kebingungan. Kebingungan itu menunjukan adanya
ketidakpastian, seperti anak ayam yang kehilangan induknya.
· Sebab sebab ketidakpastian
Menurut Siti Meichati dalam bukunya Kesehatan Mental menerangkan
beberapa penyebab seseorang tak dapat berpikir dengan pasti. Sebab-sebab itu
ialah :
1.Obsesi
Obsesi merupakan gejala neurose jiwa, yaitu adanya pikiran atau
perasaan tertentu yang terus-menerus, biasanya tentang hal-hal yang tak
menyenangkan, atau penyebab lain yang tidak diketahui oleh penderita. Misalnya
selalu berpikir ada orang yang ingin menjatuhkan dia. Contoh :Seorang
pedagang yang maju pesat, pada suatu saat berpikir olehnya ada kswan yang ingin
menjatuhkannya. Pikirannya itu semakin menjadi-jadi, apalagi setelah ia
mengalami kerugian.
2.Phobie
Phobie adalah rasa ketakutan yang tak terkendalikan
atau tidak normal terhadap sesuatu hal atau kejadian, tanpa diketahui
sebab-sebabnya. Contoh : Orang yang takut terhadap tempat yang
tinggi. Secara tidak sengaja, ia terus menelusuri jalan mendaki. Sesampainya di
puncak ketinggian, ia ketakutan luar biasa.
3.Kompulasi
Kompulasi ialah adanya keraguan yang sangat mengenai apa
yang telah dikerjakannya, sehingga ada dorongan yang tidak disadari untuk
selalu melakukan perbuatan-perbuatan yang serupa berulang kali. Contoh
:Keinginannya mengambil barang orang (mencuri), padahal barang itu tidak
bermanfaat baginya, dan ia mampu andaikata ingin membelinya.
4.Histeria
Histeria ialah neurose jiwa yang disebabkan oleh tekanan mental
kekecewaan, pengalaman pahit yang menekan, kelemahan syaraf, tidak mampu
menguasai diri, atau sugesti dari sikap orang lain. Contoh : Neneng,
seorang gadis yang cukup manis, suatu hari melihat pacarnya berjalan-jalan dengan
seorang gadis yang belum pernah dikenalnya. Rasa cemburu berkecamuk di hatinya
dan setibanya di rumah dia beteriak histeris.
5.Delusi
Menunjukan pikiran yang tidak beres, karena berdasarkan
keyakinan palsu. Tidak dapat memakai akal sehat, tidak ada dasar kenyataan dan
tidak sesuai dengan pengalaman. Delusi ini ada tiga macam, yaitu :
· Delusi persekusi : menganggap adanya keadaan
yang jelek di sekitarnya. Akibatnya, banyak orang menjauhinya.
· Delusi keagungan : menganggap dirinya orang
penting dan besar. Orang seperti ini biasanya gila hormat dan menganggap orang
di sekitarnya tidak penting. Akibatnya, semua orang menjauhinya. Jadi, hampir
sama dengan delusi persekusi.
· Delusi melancholis : merasa dirinya bersalah,
hina dan berdosa. Hal ini dapat mengakibatkan buyutan atau dikenal dengan nama
delirium tremens., hilangnya kesadaran dan menyebabbkan otot-otot tak terkuasai
lagi. Ia kehilangan ingatannya sama sekali, mengalami tensi tinggi dan
mengingat sesuatu yang belum pernah dialami..
6. Halusinasi
Khayalan yang terjadi tanpa rangsangan pancaindera. Seperti para
prewangan (medium) dapat digolongkan pada pengalaman halusinasi. Dengan sugesti
diri, orang dapat juga berhalusinasi. Halusinasi buatan, misalnya dapat dialami
oleh orang yang mabuk atau pemakai obat bius. Kadang-kadang karena halusinasi,
orang merasa mendapat tekanan-tekanan terhadap dorongan-dorongan itu menemukan
sasarannya. Ini tampak pada perbuatan-perbuatan penderita (penderita itu dapat
menyadari perbuatannya itu, tetapi tidak dapat menahan rangsangan khayalan
sendiri). Contoh :Atang memang seorang peminum. Bila sedang marah, ia
makin banyak minumnya sehingga mabuk dan mengoceh (berbicara) tidak menentu.
7.Keadaan emosi
Dalam keadaan tertentu, seseorang sangat dipengaruhi oleh
emosinya. Jika emosi telah menguasai keseluruhan pribadinya, ia akan mengalami
gangguan nafsu makan, pusing-pusing, muka merah, nadi cepat, keringat, tekanan
darah tinggi/lemah. Sikapnya bisa apatis atau bisa juga terlalu gembira dengan
melampiaskan dalam gerakan-gerakan lari-larian, menyanyi, tertawa atau
berbicara. Sikap ini dapat pula berupa kesedihan menekan, tidak bernafsu, tidak
bersemangat, gelisah, resah, suka mengeluh, tidak mau berbicara, diam seribu
bahasa, atau termenung menyendiri. Orang seperti ini tidak mungkin dapat
berpikir dengan tenang dan baik.
Untuk mengatasi atau menghilangkan pikiran
yang kacau itu perlu mencari penyebabnya. Andaikata telah diketahui
penyebabnya, namun kekacauan pikiran tersebut tidak hilang, penderita perlu
diajak ke psikolog.
KESIMPULAN
Dari uraian pembahasan mengenai MANUSIA dan
KEGELISAHAN yang telah kami paparkan pada bab terdahulu, maka kami dapat
menyimpulkan bahwa kegelisahan merupakan bagian hidup manusia. Tiap manusia,
dengan tidak memperdulikan segala latar belakang dan kemampuannya, pasti
akan mengalami kegelisahan, entah sebentar atau lama, relative ringan ataupun
berat. Yang demikian ini boleh jadi sangat wajar mengingat manusia mempunyai
hati dan perasaan.
Berbicara tentang manusia, berbicara pula
tentang media tempat manusia hidup yaitu Dunia. Untuk bisa memahami hakikat
manusia maka harus pula memahami hakikat dunia dan hakikat kehidupan manusia
didunia. Pada dasarnya konsep mendiami dunia mengandung arti pemenuhan
kebutuhan atas aspek-aspek yang membentuk manusia. Apabila manusia tidak bisa
menjaga hakikat dirinya dan hakikat hidupnya maka yang timbul adalah
kegelisahan .sumber dari kegelisahan adalah hawa nafsu dan sikap pamrih (tidak
ikhlas). Kedua hal ini akan menyebabkan munculnya sikap keserakahan dan konflik
yang juga memunculkan ketakutan, kekecewaan, dan pada akhirnya adalah
kegelisahan.
Adapun bentuk-bentuk kegelisahan berupa keterasingan,
kesepian, dan ketidakpastian mempunyai hubungan yang erat dan mempengaruhi satu
sama lain. Keterasingan dalam satu dan lain kesempatan bisa membuahkan
kegelisahan. Dan sebaliknya, kegelisahan yang begitu hebat bisa saja
menimbulkan keterasingan. Kemudian dari keterasingan yang dialami seseorang
bisa saja menciptakan kondisi kesepian dan karena kesepian itupun bisa
saja menimbulkan ketidakpastian. Keterasingan bisa jadi merupakan
perilaku sosiopatik dan sikap apatis yang tidak menyadari bahwa manusia
adalah makhluk yang bermasyarakat dan tidak bisa hidup sendiri. Untuk
mengatasi kegelisahan yang dialami manusia, cara yang paling ampuh adalah kita
dituntut untuk bersifat qana’ah (berpikir positif) kembalikan semuanya kepada
Allah SWT dan selalu mengingat Dia.
- Manusia dan Harapan
A. Pengertian Harapan
Harapan berasal dari kata harap yang berarti keinginan supaya
sesuatu terjadi, sehingga harapan dapat diartikan sesuatu yang diinginkan dapat
terjadi. Yang dapat disimpulkan harapan itu menyangkut permasalahan masa depan.
Setiap manusia mempunyai harapan. Manusia yang tanpa harapan,
berarti manusia itu mati dalam hidup. Orang yang akan meninggal sekalipun
mempunyai harapan, biasanya berupa pesan – pesan kepada ahli warisnya.
Harapan tersebut tergantung pada pengetahuan, pengalaman,
lingkungan hidup dan kemampuan masing – masing. Misalnya, Budi hanya mampu
membeli sepeda, biasanya tidak mempunyai harapan untuk membeli mobil. Seorang
yang mempunyai harapan yang berlebihan terkadang akan berakibat menjadi
tertawaan orang banyak seperti pribahasa “Si pungguk merindukan bulan”,
walaupun tidak ada yang tidak mungkin didunia ini bila Tuhan berkehandak.
Harapan harus berdasarkan kepercayaan, baik kepercayaan pada
diri sendiri, maupun kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Agar harapan dapat
terwujud, maka diperlukan usaha dengan sungguh – sungguh, berdoa dan pada
akhirnya bertawakal agar harapan itu dapat terwujud.
B. Apa Sebab Manusia Mempunyai Harapan ?
Menurut kodratnya manusia itu adalah mahluk sosial. Setiap lahir
ke dunia langsung disambut dalam suatu interaksi hidup, yakni ditengah suatu
keluarga atau sebagai anggota masyarakat. Tidak ada satu manusiapun yang luput
dari interaksi hidup. Ditengah – tengah yang lainnya, seseorang dapat hidup dan
berkembang baik fisik / jasmani maupun mental / spiritualnya. Ada dua hal yang
mendorong orang hidup berinteraksi dengan manusia lain, yakni dorongan kodrat
dan dorongan kebutuhan hidup.
Dorongan kodrat, ialah sifat, keadaan atau pembawaan alamiah
yang sudah terjelma dalam diri manusia sejak manusia itu diciptakan oleh Tuhan.
Misalnya menangis, bergembira, berpikir, berjalan, berkata, mempunyai keturunan
dan sebagainya. Setiap manusia mempunyai kemampuan untuk itu semua.
Dorongan kebutuhan hidup, sudah kodratnya bahwa manusia
mempunyai bermacam – macam kebutuhan hidup. Kebutuhan hidup itu pada garis
besarnya dapat dibedakan atas kebutuhan jasmani dan kebutuhan rohani.
Menurut Abraham Maslow sesuai dengan kodratnya harapan manusia
atau kebutuhan manuis itu ialah :
a) Kelangsungan hidup (survival)
b) Keamanan (safety)
c) Hak dan kewajiban mencintai dan
dicintai (be loving and love)
d) Diakui linkungan (status)
e) Perwujudan cita – cita (self
actualization)
C. PENGERTIAN DOA
Menurut bahasa do'a berasal dari kata "da'a" artinya
memanggil. Sedangkan menurut istilah syara' do'a berarti "Memohon sesuatu
yang bermanfaat dan memohon terbebas atau tercegah dari sesuatu yang
memudharatkan.1
Adapun lafadz do'a yang ada dalam al Qur'an bisa bermakna
sebagai berikut:
1. Ibadah, seperti firman Allah: Dan janganlah kamu menyembah
apa-apa yang tidak memberi manfaat dan tidak memberi madharat kepadamu selain
Allah, sebab jika kamu berbuat demikian make, kamu termasuk orang-orang yang
zhalim. (Yunus: 106).
2. Perkataan atau Keluhan. Seperti pada firman Allah: Maka
tetaplah demikian keluhan mereka, sehingga kami jadikan mereka sebagai tanaman
yang telah dituai, yang tidak dapat hidup lagi. (al Anbiya: 15).
3. Panggilan atau seruan. Allah berfirman: Maka kamu tidak akan
sanggup menjadikan orang-orang yang mati itu dapat mendengar, dan menjadikan
orang-orang yang tuli dapat mendengar seruan, apabila mereka itu berpaling ke
belakang. (ar- Rum: 52)
4. Meminta pertolongan. Allah berfirman: Dan jika kamu (tetap)
dalam keraguan tentang at Qur'an yang Kami wahyukan kepada hamba Kami
(Muhammad) buatlah satu surat yang semisal at Qur'an itu dan ajaklah
penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar. (al
Baqarah: 23).
5. Permohonan. Seperti firman Allah: Dan orang-orang yang berada
dalam neraka berkata kepada penjagapenjaga jahannam: "Mohonkanlah kepada
Tuhanmu supaya Dia meringankan azab dari kami barang sehari." (al Mukmin:
49).
Macam-Macam Do’a
Syeikh Abdurrahman bin Sa'diy berkata: "Setiap perintah di
dalam al Qur'an dan larangan berdo'a kepada selain Allah, meliputi do'a masalah
(permintaan) dan do'a ibadah." 2
Adapun perbedaan antara kedua macam do'a tersebut adalah:
Do'a masalah (permintaan) adalah: Meminta untuk diberikan
manfaat dan dicegah dari kemudharatan, atau sesuatu yang sifatnya permintaan.
Dan ini dibagi menjadi tiga:
a) Permintaan yang ditujukan kepada Allah semata dan ini
(termasuk tauhid dan berpahala. -red. vbaitullah)
b) Permintaan yang ditujukan kepada selain Allah, padahal dia
tidak mampu memenuhi dan memberikan permintaannya. Seperti meminta kepada
kuburan, pohon-pohon besar atau tempat-tempat keramat. Dan ini termasuk syirik
dan dosa besar.
c) Permintaan yang ditujukan kepada selain Allah pada hal-hal
yang bisa dipenuhi dan bisa dilakukan, seperti meminta prang lain, yang masih
hidup untuk memindahkan atau membawakan barangnya dan ini hukumnya boleh.
Do'a Ibadah maksudnya Semua bentuk ibadah atau ketaatan yang
diberikan kepada Allah balk lahiriah maupun batiniah, karena pada hakikatnya
semua bentuk ibadah misalnya shalat, puasa, Haji dan sebagainya, tujuan
utamanya adalah untuk mendapatkan ridha Allah dan dijauhkan dari azab-Nya.
D. Kepercayaan
Kepercayaan berasal dari kata percaya, artinya mengakui atau
meyakini akan kebenaran. Kepercayaan adalah hal – hal yang berhubungan dengan
pengakuan atau keyakinan akan kebenaran. Ada beberapa kalimat yang dapat kita
perhatikan :
Ia tidak percaya pada diri sendiri.
Saya tidak percaya ia berbuat seperti itu, berita itu kurang
dapat dipercaya.
Bagaimana juga kita harus percaya kepada pemerintah.
Kita harus percaya akan nasehat – nasehat yang berasal dari
Al-qur’an.
Dengan contoh berbagai kalimat diatas maka dapat ditarik
kesimpulan, bahwa dasar kepercayaan itu adalah kebenaran.
E. Berbagai Kepercayaan Dan Usaha Meningkatkannya
Dasar kepercayaan adalah kebenaran. Kepercayaan itu dapat
dibedakan atas :
• Kepercayaan pada diri sendiri
Kepercayaan pada diri sendiri itu ditanamkan setiap pribadi
manusia. Percaya pada diri sendiri pada hakekatnya percaya pada Tuhan Yang Maha
Esa Percaya pada diri sendiri, menganggap dirinya tidak salah, dirinya menang,
dirinya mampu mengerjakan yang diserahkan atau dipercayakan kepadanya.
• Kepercayaan kepada orang lain
Percaya kepada orang lain itu dapat berupa percaya kepada
saudara, orang tua, guru, atau siapa saja. Kepercayaan kepada orang lain itu
sudah tentu percaya ternadap kata hatinya, perbuatan yang sesuai dengan kata
hati, atau terhadap kebenarannya. Ada ucapan yang berbunyi orang itu dipercaya
karna ucapannya. Misalnya, orang yang berjanji sesuatu hams dipenuhi, meskipun
janji itu tidak terdengar orang lain, apalagi membuat janji kepada orang lain.
• Kepercayaan kepada pemerintah
Berdasarkan pandangan teokratis menurut etika, filsafat tingkah
laku karya Prof.Ir, Poedjawiyatna, negara itu berasal dari Tuhan. Tuhan
langsung memerintah dan memimpin bangsa manusia, atau setidak-tidaknya Tuhanlah
pemilik kedaulatan sejati, Karena semua adalah ciptaan Tuhan. Semua mengemban
kewibawaan, terutama pengemban tertinggi, yaitu raja, langsung dikaruniai
kewibawaan oleh Tuhan, sebab langsung dipilih oleh Tuhan pula (kerajaan)
Pandangan demokratis mengatakan bahwa kedaulatan adalah dari
rakyat, (kewibawaan pun milik rakyat. Rakyat adalah negara, rakyat itu menjelma
pada negara. Satu-satunya realitas adalah negara). Manusia sebagai seorang
(individu) tak berarti. Orang. mempunyai arti hanya dalam masyarakat, negara.
Hanya negara sebagai keutuhan (totalitas) yang ada, kedaulatan mutlak pada
negara, negara demikian itu disebut negara totaliter. satu-satunya yang
mempunyai hak ialah negara; manusia perorangan tidak mempunyai hak, ia hanya
mempunyai kewajiban (negara diktator)
Jelaslah bagi kita, baik teori atau pandangan teokratis ataupun
demokratis negara atau pemerintah itu benar, karena Tuhan adalah sumber
kebenaran. Karena itu wajarlah kalau manusia sebagai warga negara percaya
kepada negara/pemerintah.
• Kepercayaan kepada Tuhan
Kepercayaan kepada Tuhan yang maha kuasa itu amat penting,
karena keberadaan manusia itu bukan dengan sendirinya, tetapi diciptakan oleh
Tuhan. Kepercayaan berarti keyakinan dan pengakuan akan kebenaran. Kepercayaan
itu amat penting, karena merupakan tali kuat yang dapat menghubungkan rasa
manusia dengan Tuhannya. Bagaimana Tuhan dapat menolong umatnya, apabila umat
itu tidak mempunyai kepercayaan kepada Tuhannya, sebab tidak ada tali
penghubung yang mengalirkan daya kekuatannya. Oleh karcna itu jika manusia
berusaha agar mendapat pertolongan dari padanya, manusia harus percaya kepada
Tuhan, sebab Tuhanlah yang selalu menyertai manusia. Kepercayaan atau pengakuan
akan adanya zat yang maha tinggi yang menciptakan alam semesta seisinya
merupakan
konsekuensinya tiap-tiap umat beragama dalam melakukan pemujaan
kepada zat tersebut.
Usaha-usaha Meningkatkan Percaya pada Tuhan
Usaha itu antara lain:
• Meningkatkan ketaqwaan kita dengan jalan meningkatkan ibadah.
• Meningkatkan pengabdian kita kepada masyarakat.
• Meningkatkan kecintaan kita kepada sesama manusia dengan jalan
suka menolong, dermawan, dan sebagainya.
• mengurangi nafsu mengumpulkan harta yang berlebihan.
• menekan perasaan negatif seperti iri, dengki, fitnah, dan
sebagainya.
Sumber :
http://amrozi-gitz.blogspot.com/2012/06/manusia-dan-harapan.html
http://sahat1ka43.blogspot.com/2012/07/manusia-dan-harapan.html
http://harapansatria.blogspot.com/2008/05/pengertian-doa.html
http://rulrul.wordpress.com/2011/03/16/rangkuman-ibd-manusia-dan-harapan/