Kamis, 01 Oktober 2020

TUGAS SOFTSKILL (PENGANTAR BISNIS INFROMATIKA)

 

Review

 PT Aplikasi Karya Anak Bangsa (Gojek)




     Berawal dari layanan transportasi, sekarang aplikasi Gojek memiliki lebih dari 20 layanan yang menjadi solusi buat tantangan sehari-hari. Berkat itu juga, Gojek menjadi salah satu platform teknologi terbesar yang melayani jutaan pengguna di Asia Tenggara dengan mengembangkan tiga Super-app: untuk customer, mitra driver dan mitra merchant. Gojek (sebelumnya ditulis GO-JEK) merupakan sebuah perusahaan teknologi asal Indonesia. Perusahaan ini didirikan pada tahun 2010 di Jakarta oleh Nadiem Makarim, dimasa pandemi covid-19 ini Gojek memiliki organisasi non-profit yaitu Yayasan Anak Bangsa Bisa (YABB) untuk membantu para mitra mereka yang terdampak oleh pandemi covid-19 ini, pendanaan ini mulai beroperasi pada bulan maret 2020.

     Gojek sangat membantu bagi masyarakat Indonesia, gojek membantu waktu menjadi lebih efisien. Hal ini terutama akan dirasakan oleh pelanggan gojek di kota besar yang tingkat kemacetannya tinggi. Dengan menggunakan gojek biasanya kemacetan ini akan lebih teratasi. Apalagi jika ingin membeli makanan atau mengirim barang, cukup order dari rumah makanan dan barang bisa diantar oleh gojek. Gojek menjamin keamanan penumpangnya. Bahkan, mereka menerapkan ini ke dalam peraturan yang harus dipenuhi oleh pengemudinya. Kita tidak perlu khawatir, fitur ojek online yang sekarang telah mampu mengirim identitas driver beserta plat nomornya ke orang terdekat kita. Sehingga keberadaan perjalanan kita lebih mudah dilacak. 

       Gojek sempat mengalami kontroversi, munculnya ojek online seperti gojek sebagai salah satu transportasi umum juga menuai pro dan kontra dari aspek hukum. Secara tradisional, ojek memang sudah menjadi salah satu pilihan transportasi umum masyarakat di Indonesia meski keberadaannya tidak diakui secara hukum. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas Angkutan Jalan (LLAJ), kendaraan roda dua tidak termasuk sebagai sarana transportasi umum. Karena alasan itulah Kementerian Perhubungan yang pada saat itu dijabat Ignasius Jonan sempat melarang beroperasinya ojek daring pada 9 November 2015, meski larangan itu hanya berlaku selama kurang lebih 12 jam. Larangan yang tertuang dalam Surat Pemberitahuan Nomor UM.3012/1/21/Phb/2015 itu langsung mendapatkan protes keras dari pengguna ojek daring. Lebih dari 12 ribu orang menandatangi petisi daring untuk memprotes kebijakan Kemenhub tersebut. Presiden Joko Widodo yang mendengar kabar tersebut, memanggil Ignasius Jonan ke Istana. Setelah pemanggilan tersebut, keputusan melarang ojek daring pun dibatalkan dan gojek pun bisa beroperasi dengan normal kembali.



Perjalanan Gojek

Gojek memulai perjalanannya pada tahun 2010 dengan layanan pertama kami yaitu pemesanan ojek melalui call-center.

Pada tahun 2015, Gojek berkembang pesat setelah meluncurkan sebuah aplikasi dengan tiga layanan, yaitu: GoRide, GoSend, dan GoMart.

Sejak saat itu, laju Gojek semakin cepat dan terus beranjak hingga menjadi grup teknologi terkemuka yang melayani jutaan pengguna di Asia Tenggara.

 

Sejarah Gojek

     Gojek didirikan oleh Nadiem Makarim, warga negara Indonesia lulusan Master of Business Administration dari Harvard Business School. Ide mendirikan Gojek muncul dari pengalaman pribadi Nadiem Makarim menggunakan transportasi ojek hampir setiap hari ke tempat kerjanya untuk menembus kemacetan di Jakarta. Saat itu, Nadiem masih bekerja sebagai Co-Founder dan Managing Director Zalora Indonesia dan Chief Innovation Officer Kartuku.

     Sebagai seseorang yang sering menggunakan transportasi ojek, Nadiem melihat ternyata sebagian besar waktu yang dihabiskan oleh pengemudi ojek hanyalah sekadar mangkal menunggu penumpang. Padahal, pengemudi ojek akan mendapatkan penghasilan lebih banyak bila terus mencari penumpang. Selain itu, ia melihat ketersediaan jenis transportasi ini tidak sebanyak transportasi lainnya sehingga sering kali cukup sulit untuk dicari. Ia menginginkan ojek yang bisa ada setiap saat dibutuhkan. Dari pengalamannya tersebut, Nadiem Makarim melihat adanya peluang untuk membuat sebuah layanan yang dapat menghubungkan penumpang dengan pengemudi ojek.

     Pada tanggal 13 Oktober 2010, Gojek resmi berdiri dengan 20 orang pengemudi. Pada saat itu, Gojek masih mengandalkan call center untuk menghubungkan penumpang dengan pengemudi ojek. Pada pertengahan 2014, berkat popularitas Uber kala itu, Nadiem Makarim mulai mendapatkan tawaran investasi. Pada tanggal 7 Januari 2015, Gojek akhirnya meluncurkan aplikasi berbasis Android dan iOS untuk menggantikan sistem pemesanan menggunakan call center.

 

Layanan

     Lewat aplikasi Gojek, kita bisa mengakses lebih dari 20 layanan mulai dari transportasi, pesan antar makanan, belanja, kirim-kirim barang, pembayaran, pijat, sampai bersih-bersih rumah dan kendaraan. Karena Gojek adalah aplikasi dengan ragam solusi untuk setiap situasi.

 

Dampak Ekonomi Sosial

     Riset oleh Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi & Bisnis, Universitas Indonesia, tahun 2018, melibatkan 6.732 responden di 9 kota di Indonesia.

Memberikan Dampak Ekonomi Untuk Indonesia

     Gojek menyumbang sekitar Rp44,2 triliun (US $ 3 miliar) bagi perekonomian Indonesia pada akhir 2018 *.

Membantu Anggota Di Ekosistem Mitra driver

     Sejak bergabung dengan Gojek, kualitas hidup mitra driver meningkat - 100%. Mitra driver percaya bahwa dengan skema insentif dan kebijakan yang diterapkan Gojek, mereka dapat menyejahterakan keluarga mereka. Sebagian besar dari mereka mengklaim bahwa mereka sekarang dapat menyekolahkan anaknya.

Mitra merchant

     Ekosistem Gojek menunjang pertumbuhan UMKM di Indonesia. Sebesar 93% mitra UMKM mengalami peningkatan volume transaksi, dan 55% mitra UMKM naik kelas dari sisi klasifikasi omzet.

 

 

    

 

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar